juragankonveksi – Dalam rangkaian acara KTT G20 di Bali, sebuah pameran seni unik dan inspiratif telah diluncurkan di Pulau Kura Kura Bali, sebuah kawasan ekonomi khusus yang dikembangkan oleh Cherie Nursalim, seorang pengusaha dan filantropis Indonesia. Pameran bertajuk “Constellations: Global Reflections” (CGR) ini menampilkan 20 karya seni spesifik lokasi yang mencerminkan krisis lingkungan dan kemanusiaan saat ini, termasuk krisis air yang menjadi fokus utama.
Pameran ini diinisiasi oleh Fung Collaboratives dan dikuratori oleh Lance Fung, yang bekerja sama dengan para seniman selama setahun untuk merealisasikan karya-karya yang menantang pemikiran dan menyelidiki isu-isu ekologi, kolonialisme, dan konsumsi di tengah arena politik global. Para seniman yang berpartisipasi berasal dari berbagai negara, termasuk Tony Albert (Australia), Arahmaiani (Indonesia), Xu Bing (China), dan Yinka Shonibare CBE (Inggris), dengan usia yang bervariasi dari 30 hingga 90 tahun.
Setiap karya seni dalam pameran ini menawarkan pandangan pribadi tentang kebutuhan akan kerjasama global dan perubahan kebijakan yang berkelanjutan terkait keadilan lingkungan, kenaikan permukaan laut, polusi plastik di lautan, kesetaraan gender, dan kembali ke kemanusiaan dan empati dasar. Karya-karya ini tidak hanya bertujuan untuk menginspirasi tetapi juga untuk menjadi mercusuar yang memanggil orang dari seluruh dunia untuk bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih baik dan lebih kuat.
Salah satu karya seni yang menonjol adalah instalasi yang menggunakan energi surya untuk memutar dan menerangi 20 lentera silinder raksasa setelah gelap. Lentera-lentera ini dicetak secara digital pada kain ramah lingkungan yang terbuat dari plastik daur ulang, mengangkat narasi kuratorial ke skala monumental.
Pulau Kura Kura Bali, seluas 500 hektar, menjadi kanvas yang ideal untuk pameran ini. Pulau ini dikembangkan dengan fokus pada ekologi dan berfungsi sebagai proyek investasi dan kolaborasi yang berani untuk masa depan yang lebih bahagia. Cherie Nursalim, yang juga anggota Dewan Internasional MoMA, menginginkan pameran ini untuk merayakan orang-orang dan budaya kaya Bali sambil menyatukan mereka dengan tamu dari negara-negara G20 yang berkunjung medusa88.
Seluruh seni dalam pameran ini, yang dikuratori dan dikelola proyeknya secara jarak jauh, diproduksi di Bali. Pendekatan yang ramah lingkungan dan disengaja ini memberikan rasa memiliki, kebanggaan, dan lapangan kerja bagi masyarakat Bali. Pameran ini juga bertujuan untuk memperkuat Tri Hita Karana, filosofi hidup Bali yang secara harfiah diterjemahkan sebagai “tiga cara menuju kebahagiaan atau harmoni”, yang mencakup harmoni dengan Tuhan, harmoni antar manusia, dan harmoni dengan alam.
Krisis air menjadi salah satu isu utama yang diangkat dalam pameran ini. Para seniman menggunakan medium seni mereka untuk menyoroti pentingnya aksi global dalam mengatasi krisis air yang semakin mendesak. Melalui karya seni yang inspiratif dan provokatif, mereka menyerukan perubahan kebijakan dan kerjasama internasional untuk memastikan keberlanjutan air bagi generasi mendatang.
“Constellations: Global Reflections” di Pulau Kura Kura Bali adalah sebuah pameran seni yang tidak hanya menampilkan karya-karya indah dan inspiratif, tetapi juga menyerukan aksi global terhadap krisis air dan isu-isu lingkungan lainnya. Dengan menggabungkan seni, ekologi, dan filosofi Bali, pameran ini berhasil menciptakan platform yang kuat untuk dialog dan tindakan menuju masa depan yang lebih baik dan lebih harmonis.